2009 tinggal sepenggal lagi
sisa sisa namun bukan sia sia
segala usaha
bermandi peluh
bercucur air mata
telah kau lakukan
tinggalkan jejak dan rekaman kehidupan
bukan jalan yang mulus
penuh wangi bunga
namun juga sambaran nista
yang mengukir jiwa
menebalkan tekad
menguatkan semangat
ayo maju
jangan putus asa
karena Tuhan jua
Maha Melihat
dan Maha Perkasa
jangan sesali kegagalan
bingkai dalam analisa
simpulkan dalam buku harian
untuk meraih asa
2009 tinggal sepenggal lagi
mari kuatkan hati
menyeberangi titian cita cita
menuju bahagia dan damai yang nyata
Slipi, 28 Desember 2009
Minggu, 27 Desember 2009
VERSES FROM GUANTANAMERA SONG
I am a truthful man from this land of palm trees
Before dying I want to share these poems of my soul
My verses are light green
But they are also flaming red
I cultivate a rose in June and in January
For the sincere friend who gives me his hand
And for the cruel one who would tear out this
heart with which I live
I do not cultivate thistles nor nettles
I cultivate a white rose
Before dying I want to share these poems of my soul
My verses are light green
But they are also flaming red
I cultivate a rose in June and in January
For the sincere friend who gives me his hand
And for the cruel one who would tear out this
heart with which I live
I do not cultivate thistles nor nettles
I cultivate a white rose
Selasa, 03 November 2009
Angkara Meraja - Sebuah Fabel Republik Ini
Berawal dari sebuah kisah
Cicak melawan buaya
Siapakah mereka ?
Inilah buaya...
Buaya yang sombong
Pernah ditipu kancil
Di sebuah sungai
Berharap sebongkah daging merah
Janji sang kancil
Tapi perlu belanja daging
Sehingga perlu hitung buaya
Berjajarlah buaya
Empat puluh ekor
Dari tepi ke tepi sungai
Meloncatlah sang kancil
Di punggung buaya
Seraya menghitung
Satu dua tiga
Dan seterusnya
Di akhir hitungan
Genap empat puluh
Lompatlah kancil dengan gembira
Menyeberang sungai tanpa biaya
Itulah buaya
Inilah cicak ...
Cicak yang bijak
Disayang anak
Jika merayap di dinding
Disayang ibu
Jika menyantap nyamuk
Sedikitnya menolong kita
Menghemat darah kita
Dari curian nyamuk
Bahkan menghindarkan kita
Dari penyakit malaria dan sebagainya
Itulah cicak
Layar fabel terus tergelar
Belum tergulung
Cicak jumpa buaya
Bersaing untuk tugas yang sama
Memburu kancil sang penyebar angkara
Kancil penebar janji kemana mana
Tuk membagi daging merah segar
Sayang hasil dari menjarah
Dari peternakan pak Tani
Cicak kecil tak pernah ingin daging
Buaya sudah jelas suka daging
Namun buaya mengaku bersih di mata pak Tani
Kata buaya :
Pak Tani..
Cicaklah sang bedebah !
Penjarakan dia !
Rebahlah cicak di bui
Pak Tani bingung tak karuan
Di panggillah semua punggawa desa
Untuk diminta pendapatnya
Inilah fabel negeri ini
Di sidang punggawa buaya terpuruk
Oleh rekaman suara sang kancil
Tentang janji daging merah
Peristiwa penyeberangan sungai
Masih meninggalkan jejak cerita
Namun..
Fabel belum selesai
Sang kancil masih di luar
Melanjutkan petualangannya
Menebar janji dan angkara
Fabel terus tergelar
Pak Tani
Kapan engkau menuntaskannya ?
Slipi, 4 November 2009
Cicak melawan buaya
Siapakah mereka ?
Inilah buaya...
Buaya yang sombong
Pernah ditipu kancil
Di sebuah sungai
Berharap sebongkah daging merah
Janji sang kancil
Tapi perlu belanja daging
Sehingga perlu hitung buaya
Berjajarlah buaya
Empat puluh ekor
Dari tepi ke tepi sungai
Meloncatlah sang kancil
Di punggung buaya
Seraya menghitung
Satu dua tiga
Dan seterusnya
Di akhir hitungan
Genap empat puluh
Lompatlah kancil dengan gembira
Menyeberang sungai tanpa biaya
Itulah buaya
Inilah cicak ...
Cicak yang bijak
Disayang anak
Jika merayap di dinding
Disayang ibu
Jika menyantap nyamuk
Sedikitnya menolong kita
Menghemat darah kita
Dari curian nyamuk
Bahkan menghindarkan kita
Dari penyakit malaria dan sebagainya
Itulah cicak
Layar fabel terus tergelar
Belum tergulung
Cicak jumpa buaya
Bersaing untuk tugas yang sama
Memburu kancil sang penyebar angkara
Kancil penebar janji kemana mana
Tuk membagi daging merah segar
Sayang hasil dari menjarah
Dari peternakan pak Tani
Cicak kecil tak pernah ingin daging
Buaya sudah jelas suka daging
Namun buaya mengaku bersih di mata pak Tani
Kata buaya :
Pak Tani..
Cicaklah sang bedebah !
Penjarakan dia !
Rebahlah cicak di bui
Pak Tani bingung tak karuan
Di panggillah semua punggawa desa
Untuk diminta pendapatnya
Inilah fabel negeri ini
Di sidang punggawa buaya terpuruk
Oleh rekaman suara sang kancil
Tentang janji daging merah
Peristiwa penyeberangan sungai
Masih meninggalkan jejak cerita
Namun..
Fabel belum selesai
Sang kancil masih di luar
Melanjutkan petualangannya
Menebar janji dan angkara
Fabel terus tergelar
Pak Tani
Kapan engkau menuntaskannya ?
Slipi, 4 November 2009
Sabtu, 31 Oktober 2009
Ibu Penjual Rempeyek
IBU PENJUAL REMPEYEK
Esthi T. Bhirawati
Tiap Minggu selalu menyambangiku
Seorang Ibu penjual rempeyek
Bermodal senyum tulus
Mata binar
Tutur lembut
Usia paruh baya
Rapi berjilbab
Ceria bercerita
Anak , menantu dan cucu
Yang ditopangnya
Dengan sekardus rempeyek
Yang dijualnya
Rempeyek putih
Rempeyek renyah
Serenyah celotehnya
Seputih hatinya
Ibu penjual rempeyek
Jelmaan ruh yang suci
Jiwa yang tenang
Istiqomah di jalan Nya
Malu aku
Atas megahnya rumahku
Dan tingginya jabatanku
Jika tidak istiqomah
Dalam hidupku
Seperti Ibu penjual rempeyek
Di hari Minggu
Depok,
1 November 2009
Esthi T. Bhirawati
Tiap Minggu selalu menyambangiku
Seorang Ibu penjual rempeyek
Bermodal senyum tulus
Mata binar
Tutur lembut
Usia paruh baya
Rapi berjilbab
Ceria bercerita
Anak , menantu dan cucu
Yang ditopangnya
Dengan sekardus rempeyek
Yang dijualnya
Rempeyek putih
Rempeyek renyah
Serenyah celotehnya
Seputih hatinya
Ibu penjual rempeyek
Jelmaan ruh yang suci
Jiwa yang tenang
Istiqomah di jalan Nya
Malu aku
Atas megahnya rumahku
Dan tingginya jabatanku
Jika tidak istiqomah
Dalam hidupku
Seperti Ibu penjual rempeyek
Di hari Minggu
Depok,
1 November 2009
Minggu, 04 Oktober 2009
UNTUK SIAPAKAH KEAGUNGAN ITU ?
Esthi T Bhirawati
Gunung menjulang
Sawah terhampar
Jalan berliku
Samudra terentang
Langit terjunjung
Awan menggumpal
Angin berhembus
Bahtera melaju
Desa yang permai
Sungai berkelok
Hutan menghijau
Untuk siapakan Keagungan itu ?
Kota gemerlap
Gedung meninggi
Mobil melaju
Kereta berpacu
Pesawat udara menderu
Untuk siapakah Keagungan itu ?
Indahnya parasmu
Sentosanya ragamu
Cerdasnya pikiranmu
Untuk siapakah Keagungan itu ?
Katakan
Katakan
Katakan
Saat bumi berguncang
Semua terhempas
Kami tersungkur
Kami terkubur
Kami tepekur
Bumi Andalas jadi saksi
Kota dan desa sama
Tiada yang tersisa
Saat semua kembali pada Nya
Karena semua Keagungan milik Nya
Kesombongan terlindas
Bagai debu
Katakan
Katakan
Katakan
Untuk siapakah Keagungan itu ?
Khalik ku
Kekasihku
Ku bersujud pada Mu
Depok,
5 Oktober 2009
Gunung menjulang
Sawah terhampar
Jalan berliku
Samudra terentang
Langit terjunjung
Awan menggumpal
Angin berhembus
Bahtera melaju
Desa yang permai
Sungai berkelok
Hutan menghijau
Untuk siapakan Keagungan itu ?
Kota gemerlap
Gedung meninggi
Mobil melaju
Kereta berpacu
Pesawat udara menderu
Untuk siapakah Keagungan itu ?
Indahnya parasmu
Sentosanya ragamu
Cerdasnya pikiranmu
Untuk siapakah Keagungan itu ?
Katakan
Katakan
Katakan
Saat bumi berguncang
Semua terhempas
Kami tersungkur
Kami terkubur
Kami tepekur
Bumi Andalas jadi saksi
Kota dan desa sama
Tiada yang tersisa
Saat semua kembali pada Nya
Karena semua Keagungan milik Nya
Kesombongan terlindas
Bagai debu
Katakan
Katakan
Katakan
Untuk siapakah Keagungan itu ?
Khalik ku
Kekasihku
Ku bersujud pada Mu
Depok,
5 Oktober 2009
Rabu, 30 September 2009
RANAH MINANG MENANGIS
Esthi T. Bhirawati
Sang surya beradu
Burung camar pulang
Lampu kota menyala
Pak Tani bergegas pulang
Sekolah hampir usai
Mobil berkelok di bukit Sitinjau
Senja yang indah
Di Ranah Minang permai
Tiba tiba ...
Semua berubah
Bumi berguncang
Pohon tumbang
Rumah roboh
Tiang menghalang
Jalan terbelah
Anak menjerit
Ibu menangis
Ninik mamak meratap
Ranah Minang menangis
Inikah Kuasa Mu Tuhan ?
Ataukah ini murka Mu ?
Ampunilah kami Tuhan
Tabahkan hati kami
Kami tahu
Ini hanya cobaan Mu
Agar kami kuat
Dan bangkit lagi
Merengkuh Cinta Mu..
Jakarta, 30 September 2009
Sang surya beradu
Burung camar pulang
Lampu kota menyala
Pak Tani bergegas pulang
Sekolah hampir usai
Mobil berkelok di bukit Sitinjau
Senja yang indah
Di Ranah Minang permai
Tiba tiba ...
Semua berubah
Bumi berguncang
Pohon tumbang
Rumah roboh
Tiang menghalang
Jalan terbelah
Anak menjerit
Ibu menangis
Ninik mamak meratap
Ranah Minang menangis
Inikah Kuasa Mu Tuhan ?
Ataukah ini murka Mu ?
Ampunilah kami Tuhan
Tabahkan hati kami
Kami tahu
Ini hanya cobaan Mu
Agar kami kuat
Dan bangkit lagi
Merengkuh Cinta Mu..
Jakarta, 30 September 2009
Senin, 28 September 2009
SEMANGAT
Esthi T. Bhirawati
Raga lunglai
Gairah menguap
Pandangan kabur
Perlu semangat baru
Tidak ada toko berlabel
" Dijual : Semangat "
Kemana harus kucari ?
Tuhan tolong berikan daku
Sebuah karunia bernama : Semangat
Depok, 28 September 2009
Raga lunglai
Gairah menguap
Pandangan kabur
Perlu semangat baru
Tidak ada toko berlabel
" Dijual : Semangat "
Kemana harus kucari ?
Tuhan tolong berikan daku
Sebuah karunia bernama : Semangat
Depok, 28 September 2009
Minggu, 27 September 2009
KAKEK DAN BINTANG
Esthi T. Bhirawati
Hawa dingin menusuk tulang
Dini hari di ladang sunyi
Di tepian Waduk Gajahmungkur
Sekian dasawarsa lalu
Angin darat berhembus syahdu
Kakek mengajak kami ke sini
Berbaring tengadah
Beralas rumput
Beratap langit
Saksikan simphoni alam
Di bawah sinar gemintang
Bertebaran di langit kelam
Tanpa selapis awan
Bak manikam menghias buana
Sejauh mata memandang
Separo jagad
Hanya gemintang
Konstelasi rasi dan galaksi
Ajakan Kakek tuk saksikan
Adakah itu pesan keabadian ?
Kakek sudah lama pergi
Sepenggal kisah itu
Membekas di memori
Kakek dan bintang
Tautan
Masa lalu,
Masa kini
Dan mungkin
masa datang
Depok, 27 September 2009
Hawa dingin menusuk tulang
Dini hari di ladang sunyi
Di tepian Waduk Gajahmungkur
Sekian dasawarsa lalu
Angin darat berhembus syahdu
Kakek mengajak kami ke sini
Berbaring tengadah
Beralas rumput
Beratap langit
Saksikan simphoni alam
Di bawah sinar gemintang
Bertebaran di langit kelam
Tanpa selapis awan
Bak manikam menghias buana
Sejauh mata memandang
Separo jagad
Hanya gemintang
Konstelasi rasi dan galaksi
Ajakan Kakek tuk saksikan
Adakah itu pesan keabadian ?
Kakek sudah lama pergi
Sepenggal kisah itu
Membekas di memori
Kakek dan bintang
Tautan
Masa lalu,
Masa kini
Dan mungkin
masa datang
Depok, 27 September 2009
ANAKKU TERANGNYA DUNIA
Esthi T. Bhirawati
Anakku,
Engkau asik belajar
Haru dan bangga menyesak di dada
Kuminta waktu mainmu
Yang bagai emas bagimu itu
'tuk sedikit investasimu
Dan kau berikan dengan gembira
Karena kau cerdas sekali
Anakku terangnya dunia
Kuharap engkau sungguh menyenanginya
Karena soal kecil yang kau kerjakan
Sejatinya tabungan bahagia untukmu
Di masa depanmu
Ada yang sulitkah anakku ?
Ibu akan membantumu
Depok, 27 September 2009
Anakku,
Engkau asik belajar
Haru dan bangga menyesak di dada
Kuminta waktu mainmu
Yang bagai emas bagimu itu
'tuk sedikit investasimu
Dan kau berikan dengan gembira
Karena kau cerdas sekali
Anakku terangnya dunia
Kuharap engkau sungguh menyenanginya
Karena soal kecil yang kau kerjakan
Sejatinya tabungan bahagia untukmu
Di masa depanmu
Ada yang sulitkah anakku ?
Ibu akan membantumu
Depok, 27 September 2009
Sabtu, 26 September 2009
HATI YANG KAYA
Esthi T. Bhirawati
Hati yang kaya
Yang selalu cukup
Yang selalu sentosa
Yang selalu bahagia
Yang penuh cinta
Tidak perlu menjadi sufi tuk memilikinya
Tidak perlu menjadi pemuka agama tuk meraihnya
Tidak perlu menjadi pejabat tuk mendapatkannya
Tidak perlu menjadi Donald Trump tuk membelinya
Tengoklah Dia mencukupkan rejekimu
Dan mendandani wajahmu
Dan mencukupkan inderamu
Dengan pengecap, penglihat dan pembau
Dan melengkapi tubuhmu
Serta pengaturan hidupmu
Lewat kecerdasan pikiranmu
Dan tajamnya nuranimu
Pandanglah taman sari dunia
Yang kau bisa nikmati dengan itu
Tiba tiba kau bisa mendapatkannya
Hati yang kaya ...
Depok, 27 September 2009
Hati yang kaya
Yang selalu cukup
Yang selalu sentosa
Yang selalu bahagia
Yang penuh cinta
Tidak perlu menjadi sufi tuk memilikinya
Tidak perlu menjadi pemuka agama tuk meraihnya
Tidak perlu menjadi pejabat tuk mendapatkannya
Tidak perlu menjadi Donald Trump tuk membelinya
Tengoklah Dia mencukupkan rejekimu
Dan mendandani wajahmu
Dan mencukupkan inderamu
Dengan pengecap, penglihat dan pembau
Dan melengkapi tubuhmu
Serta pengaturan hidupmu
Lewat kecerdasan pikiranmu
Dan tajamnya nuranimu
Pandanglah taman sari dunia
Yang kau bisa nikmati dengan itu
Tiba tiba kau bisa mendapatkannya
Hati yang kaya ...
Depok, 27 September 2009
Jumat, 25 September 2009
DINDING 2009
Esthi T. Bhirawati
Pernahkah terbayang
Masa tanpa penggalan tahun
Tahun tanpa penggalan bulan
Bulan tanpa penggalan hari
Hari tanpa penggalan jam
Jam tanpa penggalan menit
Menit tanpa penggalan detik ?
Sekat sekat sangat kecil
Sekat sekat kecil
Sekat sekat agak besar
Sekat sekat besar
Yang membatasi masa
Siapakah yang menamakannya?
Untuk apa ?
Ku berjalan menyusuri nya
Ku buka tirai nya
Kulewati sekatnya
Kulompati dindingnya
Sampai kapan ?
Dan kamar-kamar itu
Dipinjamkan pada kita
Oleh masa
Oleh sekat
Oleh dinding
Oleh terang
Oleh asa
Kusibakkan tirai
Kulewati sekat
Kulompati dinding
Pinjaman
Yang akan diminta lagi
Suatu hari nanti
Apa yang kucari?
Saat ku lari
Apa yang kudapat
Saat kusibak?
Dinding 2009
Selamat datang!
Tetap tersenyum
Walau kamar cuma pinjaman
Tetap berharap
Walau dinding hanya mainan
Percaya ada terang
Di ujung lorong sana
Selamat tahun baru 2009!
Kalibata,
23 Desember 2008
08.05
Pernahkah terbayang
Masa tanpa penggalan tahun
Tahun tanpa penggalan bulan
Bulan tanpa penggalan hari
Hari tanpa penggalan jam
Jam tanpa penggalan menit
Menit tanpa penggalan detik ?
Sekat sekat sangat kecil
Sekat sekat kecil
Sekat sekat agak besar
Sekat sekat besar
Yang membatasi masa
Siapakah yang menamakannya?
Untuk apa ?
Ku berjalan menyusuri nya
Ku buka tirai nya
Kulewati sekatnya
Kulompati dindingnya
Sampai kapan ?
Dan kamar-kamar itu
Dipinjamkan pada kita
Oleh masa
Oleh sekat
Oleh dinding
Oleh terang
Oleh asa
Kusibakkan tirai
Kulewati sekat
Kulompati dinding
Pinjaman
Yang akan diminta lagi
Suatu hari nanti
Apa yang kucari?
Saat ku lari
Apa yang kudapat
Saat kusibak?
Dinding 2009
Selamat datang!
Tetap tersenyum
Walau kamar cuma pinjaman
Tetap berharap
Walau dinding hanya mainan
Percaya ada terang
Di ujung lorong sana
Selamat tahun baru 2009!
Kalibata,
23 Desember 2008
08.05
HUJAN DAN CINTA
SAATNYA BERUBAH
Esthi T. Bhirawati
Kepada angin kubertanya
Adakah keabadian di dunia ini
Kepada surya kubertanya
Adakah kau jelang esok pagi
Kepada lumbung kubertanya
Adakah tuanmu melimpahimu padi nanti
Kepada bintang kubertanya
Mantra apa yang tertulis untukku esok hari
Jawabnya
Engkaulah yang akan menuliskannya sendiri
Kepada ilalang kubertanya
Di rimba mana kau akan tumbuh
Jawabnya
Tidak penting kata dimana
Tapi apa dan bagaimana
Kita
Karena aku akan selalu ada
Saatnya berubah
Memang penuh tanya
Namun kubelajar dari angin, surya, lumbung, bintang dan ilalang
Teman pengelana sejati
Yang menuliskan mantranya sendiri
Menuju kemenangan hakiki
Depok,
23 Januari 2009
CINTA DALAM SEKEPING ROTI DAN SEBATANG COKLAT
Esthi T. Bhirawati
Kasih terimalah sekeping roti ini
Tanda cintaku
Kunyahlah
Mungkin esok tidak ada lagi
Kasih terimalah sebatang coklat ini
Tanda sayangku
Makanlah
Mungkin itu terakhir milikku
Kasih mari kita nikmati hari ini
Seakan esok tiada lagi
Jelajahi cintaku
Dalam sekeping roti
Dan coklat terakhirku
Depok, 14 Feb '09
Kasih terimalah sekeping roti ini
Tanda cintaku
Kunyahlah
Mungkin esok tidak ada lagi
Kasih terimalah sebatang coklat ini
Tanda sayangku
Makanlah
Mungkin itu terakhir milikku
Kasih mari kita nikmati hari ini
Seakan esok tiada lagi
Jelajahi cintaku
Dalam sekeping roti
Dan coklat terakhirku
Depok, 14 Feb '09
CINTAKU UNTUK IBU - HAPPY VALENTINE 2009
Esthi T. Bhirawati
Jika waktu bisa kulipat untukmu Ibu
Kuhimpit hari ulang tahunku ke empat
Dan wajah cantikmu
Dan lenggang pinggulmu mengikuti karnaval TK ku
Kuhisap lagi jeruk keprok manis yang kau bawa itu
Jika waktu dapat kuubah Ibu
Kan kubawa untukmu hari Ayah mengantarku ke sekolah
Dan dia pasti pulang ke rumah
Untuk memelukmu
Ibu kita hanya melipat hari
Ke belakang
dan ke depan
Berharap mengirim cintaku
Untukmu Ibu
Saat kau sendiri
Tanpa Ayah lagi
Yang telah mendahului ....
Depok, 14 Feb 2009
KENANGAN BANDUNG
Esthi T. Bhirawati
Dinginmu adalah selimutku
Hijaumu adalah permadaniku
Hasratmu adalah jiwa mudaku
Malammu adalah istanaku
Siangmu adalah asaku
Lembahmu memanggil cintaku
Gunungmu melambai kasihku
Anginmu membisikkan rinduku
Jalanmu menuntun pujaanku
Kembali kepadaku
Ke awal perjalananku
Mengukir sejuta kisah bersamamu
Di sini
Di kota ini
Kenangan berbaris di benakku
Menerbitkan harapan baru ....
Bandung, 20 Februari 2009
Dinginmu adalah selimutku
Hijaumu adalah permadaniku
Hasratmu adalah jiwa mudaku
Malammu adalah istanaku
Siangmu adalah asaku
Lembahmu memanggil cintaku
Gunungmu melambai kasihku
Anginmu membisikkan rinduku
Jalanmu menuntun pujaanku
Kembali kepadaku
Ke awal perjalananku
Mengukir sejuta kisah bersamamu
Di sini
Di kota ini
Kenangan berbaris di benakku
Menerbitkan harapan baru ....
Bandung, 20 Februari 2009
ABAH JATUH CINTA
Esthi T. Bhirawati
Abah,
jatuh cinta itu indah
jangan tolak kehadirannya
rengkuh dan nikmati
jika rasa itu memang ada
bahkan jika rasa itu pergi
jejaknya akan tetap abadi
di hati.
Depok, 15 Maret 2009
jatuh cinta itu indah
jangan tolak kehadirannya
rengkuh dan nikmati
jika rasa itu memang ada
bahkan jika rasa itu pergi
jejaknya akan tetap abadi
di hati.
Depok, 15 Maret 2009
AYAH TERCINTA
Esthi T. Bhirawati
Kuhantarkan kepergianmu
Kupandangi untuk terakhir kali
Senyumanmu tersungging
Ku tak percaya kau pergi
Kuraba
Hangat memang tiada lagi
Hanya dingin
Beku
Sendu menyergapku
Tanpa ampun
Rasa belum cukup
Waktu bersamamu
Karena hiruk pikuk duniaku
Sesal di dada
Menyeruak
Tak terbendung
Rasa sakit di sini
Di hati
Tak rela kau pergi
Kuingin bersamamu semenit lagi
Jarum tetap berputar
Menungguku tuk memilih
Waktuku tidak banyak
Ku rela
Dan harus rela
Waktuku tidak banyak
Untuk mengabadikan senyummu
Satu jam bersimpuh di jazad kaku
Berdoa
Dan mencinta
Menghantarkan
dan Merelakan
Kepergianmu
Akhirnya
Sang cinta terabadikan
Dalam benakku
Cinta Ayah
Tiada pernah terlupa
Jejak Ayah
Jasa Ayah
Abadi selamanya
Tertulis bertinta emas
Cinta tak pernah sia-sia
Selamat jalan Ayah
Damai tidurlah
Dalam CINTA NYA
Yang tak bertepi.
...........
Kalibata - 31 Maret 2009
BERUBAH
Esthi T. Bhirawati
Ketika rambut berubah kelabu
Kutahu aku tidak sama
Kutahu yang bisa kudapat
Kutahu yang harus kutinggal sendiri
Ketika rambut berubah kelabu
Bayang kemarin adalah guru
Hari ini adalah emas
Esok adalah janji yang pasti
Ketika rambut berubah kelabu
Simphoni sampai puncak emosi
Nada mulai meluruh
Kesyahduan merebak
Rasa syukur menyeruak
Ketika rambut berubah kelabu
Kutahu kupinjam raga ini
Kupinjam detik detik waktu
Kubayar dengan peluh dan asuh
Kuukir namaku dalam lembaran memori
Orang orang tercinta
Dan negeriku
Ketika rambut berubah kelabu
Kutahu waktu yang tersisa
Menjadi tugas baru
Agar semakin dekat pada Nya
I'VE NEVER BEEN THIS GOOD
Esthi T. Bhirawati
Lord,
Thank You,
I've never been this good.
To day,
All my mind and my soul,
Completely Yours,
Creeping for You,
From the distance,
To vicinity.
I've been gone to many places,
Some times I planned,
Some I improvised,
Some times I feel like
Alice in the wonderland,
I started where I have to start
and finished
what to finish.
Some times I feel
Like a good school girl,
Like today,
When things are so well designed,
For me
From You.
Thank You Lord,
For my 44 th birth day
It's a celebration
To all of us
To always remember
That we are
Alice and school girl
At the same time
No more
No less
Who celebrates
Your Devine
Day by Day
Remembering You Love
To live on
To live with
Lord Thank You
Embrace us
Till the end of time
But for sure
I've never been this good
Like today.
Amin
Alhamdulillah.
Lord,
Thank You,
I've never been this good.
To day,
All my mind and my soul,
Completely Yours,
Creeping for You,
From the distance,
To vicinity.
I've been gone to many places,
Some times I planned,
Some I improvised,
Some times I feel like
Alice in the wonderland,
I started where I have to start
and finished
what to finish.
Some times I feel
Like a good school girl,
Like today,
When things are so well designed,
For me
From You.
Thank You Lord,
For my 44 th birth day
It's a celebration
To all of us
To always remember
That we are
Alice and school girl
At the same time
No more
No less
Who celebrates
Your Devine
Day by Day
Remembering You Love
To live on
To live with
Lord Thank You
Embrace us
Till the end of time
But for sure
I've never been this good
Like today.
Amin
Alhamdulillah.
TUHAN, APANYA YANG BEDA
Esthi T. Bhirawati
Tuhan, apanya yang beda ?
Hari ini ..bahkan 3 hari ini ...
aku mandi " Padusan "
Sama seperti waktu aku kecil
Namun aku tetap kotor
Tuhan, apanya yang beda ?
Saat kecil
" Padusan " adalah pembebasan
memberi harapan
atas datangnya bulan pencucian
namun kini beda
dan aku tidak tahu
apanya yang beda ?
Tuhan, apakah air nya ?
apakah dakinya ?
mengeraskah kulitku ?
membatukah hatiku ?
Tuhan, bisikanlah rahasia Mu
apanya yang beda ?
hingga ku sanggup
merangkum asa
memilin harapan
seperti masa kecilku
dengan " Padusan " itu
Agar kuusir rasa hampa
yang menyeruak
di tengah keramaian ini
Depok, 17 Agustus 2009
Tuhan, apanya yang beda ?
Hari ini ..bahkan 3 hari ini ...
aku mandi " Padusan "
Sama seperti waktu aku kecil
Namun aku tetap kotor
Tuhan, apanya yang beda ?
Saat kecil
" Padusan " adalah pembebasan
memberi harapan
atas datangnya bulan pencucian
namun kini beda
dan aku tidak tahu
apanya yang beda ?
Tuhan, apakah air nya ?
apakah dakinya ?
mengeraskah kulitku ?
membatukah hatiku ?
Tuhan, bisikanlah rahasia Mu
apanya yang beda ?
hingga ku sanggup
merangkum asa
memilin harapan
seperti masa kecilku
dengan " Padusan " itu
Agar kuusir rasa hampa
yang menyeruak
di tengah keramaian ini
Depok, 17 Agustus 2009
TUHAN, AJARKAN AKU
SORE YANG INDAH
Esthi T. Bhirawati
Seorang ibu bergegas pulang menyunggi bakul yang kosong
Tunai sudah hari ini berdagang lauk di pasar besar
Di kota kecil
Senyum tersungging mengingat laba di kantong
Ingat si buyung yang puasa penuh kali pertama
Berjingkat mendekat pedagang es blewah buat buka
Ooh.. Sore yang indah
Setelah peluh dan penat usai
Semilir angin kian menyemangatinya pulang
Ooh.. Buyung sayang tunggu Bunda
Kita akan berbuka bersama
Dan berbincang tentang baju lebaran
Yang pasti terbeli dengan laba hingga kini
Ooh.. Benar
Sore yang indah..
Bahagia besar di senyum kecil
Seorang ibu bergegas pulang menyunggi bakul yang kosong
Tunai sudah hari ini berdagang lauk di pasar besar
Di kota kecil
Senyum tersungging mengingat laba di kantong
Ingat si buyung yang puasa penuh kali pertama
Berjingkat mendekat pedagang es blewah buat buka
Ooh.. Sore yang indah
Setelah peluh dan penat usai
Semilir angin kian menyemangatinya pulang
Ooh.. Buyung sayang tunggu Bunda
Kita akan berbuka bersama
Dan berbincang tentang baju lebaran
Yang pasti terbeli dengan laba hingga kini
Ooh.. Benar
Sore yang indah..
Bahagia besar di senyum kecil
Langganan:
Postingan (Atom)